Seorang teman ada yg bertanya kenapa saya tidak pilih jokowi ?
saya menjawab : "jokowi gagal jadi pemimpin."
lalu dia berkata : "gagal apanya ?"
saya jawab : "banyak ... ! "
lalu teman berkata :
"coba sebutkan gagalnya apa?"
Lalu saya berkata : "baiklah ... saya sebutkan satu dulu aja, dan jangan minta lebih sebelum kamu renungkan sampai esok hari.."
teman menjawab : "oke .. baiklah .."
Lalu saya balik bertanya :
"setujukah kamu bahwa kesalahan seorang anak adalah bentuk kegagalan orang tuanya dalam mendidik anaknya ?"
Teman menjawab :
"ooh tentu ! saya setuju.."
Lalu saya bertanya lagi :
"setujukah kamu bahwa apapun kesalahan seorang istri adalah bentuk kegagalan seorang suami dalam mendidik istrinya ?"
Teman menjawab : "
hmmmmm .. "
agak lama dia terdiam lalu menjawab :
" iya setuju ... karena suami adalah pemimpin ! karena itu keridhaan Allah kepada seorang istri ada pada keridhaan suami kepada istrinya"
Lalu saya bertanya lagi :
"apa pendapatmu tentang perseteruan anak bangsa yg sudah terjadi 4 tahun ini dan semakin hari semakin panas ?
membela agama dituduh radikal,
berbeda pilihan disebut tidak bhineka,
bebeda pendapat dituduh tidak pancasila,
mengkritik dituduh ujaran kebencian..
siapa yg gagal dalam mengendalikan keadaan ini ?
siapa yg bertanggung jawab membiarkan ini terjadi?"
Lalu teman saya terdiam ....
tidak lama dia mengangguk angguk sendiri sambil berguman tidak jelas dan meminum kopinya yg sudah tinggal setengah gelas ..
Saya lalu berkata :
"sudahlah .. tidak perlu dijawab sekarang .... sebentar lagi adzan berkumandang sebaiknya kita ke masjid menunggu nunggu waktu shalat datang.."
Setelah membayar kopi diwarung kami berjalan beriringan ...
dalam perjalanan dia berkata lirih :
"sudah berapa presiden silih berganti,
sudah beberapa kali kita ikut pemilu,
belum pernah keadaan anak bangsa seperti 4 tahun belakangan ini ...
perbedaan dibiarkan menjadi perseteruan yg berujung pada perpecahan akibat pemimpin yg hanya sibuk dengan pencitraan.."
Mendengar dia berkata begitu saya menghentikan langkah kaki ..
sesaat saya terdiam lalu tanpa sadar saya mengutip kalimat adzan :
"mari kita shalat..
mari kita jemput kemenangan !
Lalu dia tersenyum dan berseloroh :
mari kita memilih pemimpin dengan akal sehat ! "
note:
semoga jadi pencerahan untuk yang masih berselimut dalam kegelapan